My beloved Son
My beloved Son
Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu.sebelum kulanjutkan,bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki;surat seorang ayah kepada seorang anak.
Nak,menjadi ayah itu indah dan mulia.besar kecemasanku saat menanti kelahiranmu dulu,belumlah hilang hingga saat ini.kecemasan yang indah karena ia didasari oleh sebuah cinta.sebuag cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.
Nak….! menjadi ayah itu mulia.Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul lalu temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian,ketahuilah,menjadi ayah itu berat dan sulit.Tapi kuakui,betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku,aku seperti menemui keberadaanku,makna keberadaanmu,dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun.bahkan dihadapan Allah,ketika aku duduk berduaan berhadapan denganNya,hingga saat usia merambat senjaku ini.
Nak…! Saat pertama engkau hadir,kucium,kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu,sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun.
Tapi seiring waktu,ketika engkau suatu kali telah mampu berkata “ TIDAK” timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.engkau bukan milikku,atau milik ibumu,engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu,engkau adalah milik Allah,tak ada hakku menuntut pengabdian darimu,karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Allah.
Nak.! Sedih,pedih dan terhempaskan rasanya kala menyadari siap sebenarnya aku dan siapa engkau.dan dalam waktu panjang dimalam-malam hening,kusesali itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Allah ……….syukurlah ,penyesalan itu mencerahkanku.
Hadrat Muhammad Waffa jadilah penyejuk mata
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda